Senin, 13 April 2020

Psikologi dalam Pendidikan

Psikologi dalam Pendidikan
Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan, maka perubahan-perubahan pesat terjadi pula dalam bidang pendidikan. Kurikulum sering dikenal revisi dan pengembangan, tujuan pendidikan sering mengalami perubahan perumusan, metode belajar mengajar sudah sering mengalami perubahan dan pengembangan, dan sumber serta fasilitas belajar sering mengalami penambahan. Bahkan, abad tekonologi telah melanda dunia pendidikan. Berbagai peralatan teknologi elektronik serta komputer mulai banyak dipergunakan di dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah.
 Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan Psikologi dalam Pendidikan

Kenyataan di atas banyak memancing berbagai tanggapan di kalangan masyarakat pendidikan. Pengaruh belajar dengan menggunakan komputer dalam proses belajar mengajar, telah membantu proses percepatan arus informasi. Jika penggunaan dikombinasikan dengan pesawat telepon serta peralatan fotokopi serta internet, hal ini akan memperluas jangkauan arus informasi ke segenap pelosok dunia secara hampir serentak. Secara pribadi, pengaruh komputer yang paling cepat adalah segera membuka dinding penyekat setiap mata pelajaran serta bagian-bagian pengetahuan ke arah peninjauan lapangan atau medan keseluruhan (over-all field), menembus keseluruhan kesadaran, yang ini semua merealisasi cara belajar Gestalt. Salah satu bahaya dari cara pengajaran ini adalah adanya kecenderungan pelaksanaan aktivitas belajar secara mekanis dan tidak humanistis. Dengan kata lain, ada kekhawatiran akan diabaikan psikologi dalam pendidikan.

Untuk mengatasi kekhawatiran di atas memang ada caranya, antara lain dengan membawa anak didik kepada keaktifan yang lebih tinggi, baik fisiologis maupun psikologis. Belakang ini timbul keinginan untuk mengintrodusir sistem tutorial dengan berbagai macam bentuk. Dengan demikian, psikologis masih akan memperoleh tempat dalam pendidikan.

Berbicara mengenai situasi pengajaran di Indonesia, kita tidak dapat menutupi kenyataan di mana sekolah-sekolah masih mengutamakan penguasaan mata pelajaran-mata pelajaran. Akibatnya, peranan dan minat guru-guru ataupun murid-murid masih banyak dibatasi oleh policy serta pengawasan dari pihak pemerintah. Memang ada kemungkinan, bahwa keberhasilan pendidikan kita adalah tidak lepas hubungannya dengan keterampilan guru-guru dalam mengelola belajar mengajar. Pendidikan kita sekarang belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan anak didik. Pendidikan kita masih banyak dihadapkan dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan serta pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja.

Dari kenyataan di atas, maka sudah tiba masanya sekarang di mana pendidikan hendaknya lebih melayani kebutuhan dan hakikat psikologis anak didik. Pendidikan seharusnya mempunyai kreasi-kreasi baru di sepanjang waktu dengan berorientasi kepada sifat dan hakikat anak didik. Selama anak sekolah hanya menyenangi puisi-puisi dari pada menulis naskah-naskah kreatif dan selama anak-anak sekolah dilatih perhitungan matematis yang kurang berguna dari pada mengajarkan manfaat perhitungan itu untuk kegunaannya yang nyata, maka selama itu juga pendidikan di sekolah belum berhasil.

Jika kita memiliki dunia pendidikan dalam praktek, masih banyak kita jumpai guru-guru yang beranggapan, bahwa pekerjaan mereka tidak lebih dari menumpahkan air ke dalam botol kosong. Guru yang benar-benar bisa berhasil adalah guru yang menyadari bahwa dia mengajarkan sesuatu kepada manusia-manusia yang berharga dan berkembang. Dengan bekal kesadaran semacam itu di kalangan para pendidik, hal itu sudah memberikan harapan agar guru-guru menghormati pekerjaan mereka sebagai guru. Pekerjaan guru adalah lebih bersifat psikologis dari pada pekerjaan seorang dokter, insinyur, atau ahli hukum. Untuk itu, guru hendaknya mengenal anak didik serta menyelami kehidupan kejiwaan anak didik sepanjang waktu. Guru hendaknya tidak jemu dengan pekerjaannya, meskipun dia tidak dapat menentukan atau meramalkan secara tegas tentang bentuk manusia yang bagaimanakah yang akan dihasilkannya di kelak kemudian hari. Ini menjadi kenyataan, bahwa guru tidak pernah mengetahui hasil akhir dari pekerjaannya.

Sekolah-sekolah yang menekankan disiplin ketat terhadap murid-murid di kelas serta menjadikan displin sebagai alat vital untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada murid-murid, maka sekolah-sekolah semacam itu belum memberi tempat yang terhormat terhadap psikologi dalam pendidikan. Disiplin pada hakikatnya hanya salah satu metode dalam pelajaran guna menumbuhkan kepatuhan ekstrinsik pada anak didik. Kita perlu merenungkan, bahwa kepatuhan ekstrinsik dapat merupakan perintang bagi perkembangan pribadi anak didik.

Dalam psikologi, kepatuhan yang datang dari luar merupakan isyarat adanya konflik antara otoritarianisme dan demokrasi. Dalam pendidikan, kepatuhan memang perlu, namun kepatuhan itu sendiri hendaknya tidak sepihak. Kepatuhan sebaiknya terjadi secara timbal balik di antara semua pihak yang terlibat di dalam pendidikan, baik itu anak didik, pendidik, kurikulum, maupun fasilitas pendidikan. Di sinilah letak pentingnya psikologi dalam pendidikan. Semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan perlu mengarahkan perhatian kepada sifat dan hakikat anak didik, sehingga pelayanan pengajaran membuahkan pribadi-pribadi yang berkembang secara wajar dan efektif. Dalam hal ini penerapan terutama psikologi belajar memerlukan pemikiran yang mendalam, agar pelayanan atau perlakuan pendidik terhadap anak didik sesuai dengan sifat dan hakikat anak didik.

Berdasarkan uraian di atas, pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Sebab itu pengetahuan tentang psikologi pendidikan, bahwa bagi setiap orang yang menyadari peranannya sebagai pendidik.

*Rajinlah belajar demi Bangsa dan Negara, serta jagalah kesehatanmu!
*Semoga anda sukses!
Sudah di revisi