Senin, 27 April 2020

Begawan Bagaspati

Kabid Dikdas
BAGASPATI, BEGAWAN, walaupun berujud raksasa buruk rupa, namun ia berhati mulia dan sakti. Bagaspati mempunyai seorang istri bidadari bernama Dewi Darmastuti. Meskipun ia sendiri raksasa, Bagaspati mempunyai anak seorang putri cantik yang diberi nama Pujawati. Setelah dewasa anaknya ini menikah dengan Narasoma, putra mahkota Kerajaan Mandaraka.

Begawan Bagaspati adalah putra Batara Nagapasa. la mempunyai seorang abang, juga berujud raksasa, bernama Bagaswara, yang juga hidup sebagai pertapa. Pertapaan Bagaspati bernama Arga Belah. Dalam pewayangan, Bagaspati disebutkan sebagai satu di antara tiga makhluk berdarah putih yang pernah hidup di dunia ini. Makhluk berdarah putih lainnya adalah Resi Subali, berujud kera, yang akhirnya mati terbunuh oleh panah Prabu Ramawijaya. Yang satu lagi adalah Puntadewa, dari keluarga Pandawa, berujud manusia, putra sulung Prabu Pandu Dewanata. Sejak kecil, walaupun ujudnya raksasa, Bagaspati terlatih bertapa dan mencari ilmu. Itulah sebabnya ia tumbuh menjadi raksasa yang amat sakti. Suatu saat Bagaspati berhasil menolong para dewa dengan mengalahkan pasukan gandarwa yang menyerbu kahyangan. Karena jasanya itu Batara Guru berkenan memberinya hadiah. Bagaspati disuruh memilih salah satu bidadari yang ada di kahyangan untuk dijadikan istrinya. Namun dalam kesempatan ini Bagaspati membuat kesalahan besar.



Ia justru memilih Dewi Laksmi, istri Batara Guru sendiri (setelah istri Batara Guru, Dewi Uma, menjadi Batari Durga). Tentu saja pilihannya itu membuat murka Batara Guru. Maka terucaplah kutukan Raja Dewa itu, bahwa kelak Bagaspati akan dibunuh oleh menantunya sendiri. Begawan Bagaspati sadar akan kelancangannya, lalu memohon ampun. Namun kutukan telah terjadi, tidak mungkin diralat lagi. Dan, karena para dewa telah berjanji memberinya hadiah, Bagaspati kemudian diberi Dewi Darmastuti, salah seorang putri Batara Ismaya (Semar) sebagai istrinya. Namun pemberian itu disertai syarat, setelah bidadari itu melahirkan anak, ia harus kembali ke kahyangan. Dengan penuh sesal Bagaspati turun kembali ke dunia. Adanya Dewi Darmastuti, bidadari cantik yang mendampinginya sejak ia pulang dari kahyangan, tidak mampu mengurangi rasa sesal akan kekeliruannya berbuat lancang terhadap Batara Guru. Sementara Batara Guru sendiri, masih tetap merasa dendam terhadap penghinaan Begawan Bagaspati. Bagaimana mungkin seorang raksasa berani merendahkan martabatnya di hadapan para dewa lainnya dengan memilih Dewi Laksmi sebagai istri yang diidamkannya.

Dendam Batara Guru kepada Begawan Bagaspati rupanya cukup mendalam. Belum puas dengan kutukannya, beberapa waktu kemudian Batara Guru menciptakan seekor makhluk ganas dari selongsong kulit Batara Antaboga. (Setiap seribu tahun sekali Batara Antaboga, dewa yang berujud naga, m1ungsungi: berganti kulit). Disuruhnya makhluk ganas yang diberi nama Candrabirawa itu menyerang Begawan Bagaspati. Tetapi ternyata makhluk ganas serupa naga itu tidak sanggup melawan Bagaspati yang berdarah putih. Setiap kali Candrabirawa menyerang, jika dilawan, tubuh makhluk itu terbelah dua. Demikian seterusnya, sehingga jumlahnya ribuan. Tetapi Bagaspati tidak melawan. Sehingga akhirnya, Candrabirawa menyerah, kemudian mohon agar dibolehkan mengabdi pada Bagaspati. Dan, sejak itu pula kesaktian Bagaspati bertambah.

Istri Begawan Bagaspati, seperti yang telah dipesankan oleh para dewa sebelumnya, segera kembali ke kahyangan sesudah melahirkan seorang putri cantik yang diberi nama Dewi Pujawati. Meskipun ujudnya raksasa, Begawan Bagaspati ternyata dapat menjadi ayah yang baik. Ia memelihara dan mendidik Pujawati sehingga menjadi gadis yang tinggi sopan santunnya dan berhati mulia.

Pada suatu hari, Dewi Pujawati menghadap ayahnya dan menceritakan tentang mimpinya. Dalam mimpi itu Pujawati bertemu dengan seorang ksatria yang tampan dan perkasa, bernama Raden Narasoma. Ia mohon pada ayahnya agar mencari ksatria tampan yang muncul dalam mimpi itu. Sang ayah yang bijaksana itu segera tabu bahwa putrinya jatuh cinta. Berarti, Pujawati sudah ingin kawin. Berarti pula ia akan segera mempunyai menantu. Raksasa berhati mulia itu segera teringat akan kutukan Batara Guru. Walaupun demikian, demi kebahagiaan anak tunggalnya Begawan Bagaspati tidak lagi mempedulikan soal kutukan itu. Yang penting baginya, Pujawati dapat hidup bahagia kawin dengan prig pujaannya. Karena itu ia pun segera berangkat mencari ksatria yang diimpikan putrinya.

Narasoma mudah ditemukan, tetapi tidak mudah membawanya ke Pertapaan Arga Belah. Apalagi ketika Narasoma mendengar alasan Begawan Bagaspati bahwa ajakan itu dimaksudkan hendak memperkenalkannya dengan putrinya. Dalam pikiran Narasoma, seorang raksasa yang buruk rupanya, tentu begitu pula rupa anaknya. Karena itu, serta merta Narasoma menolak ajakan Bagaspati. Maka terpaksalah Bagaspati membawa ksatria itu dengan cara paksa. Sesampainya di Pertapaan Arga Belah, ternyata Narasoma kagum bukan main melihat kecantikan dan perilaku Dewi Pujawati. Kali ini tanpa disuruh ia segera jatuh cinta pada putri pertapa yang berujud raksasa itu. Mereka pun kawin.

Begawan Bagaspati sadar, ia tidak akan lama menyaksikan kebahagiaan putrinya itu. Bagaimana pun, kutukan Batara Guru tentu akan segera terlaksana. Dan, benarlah. Suatu hari Narasoma datang menghadap mertuanya. Dengan kata-kata kiasan dan bahasa perlambang Narasoma mengatakan dengan jujur bahwa sebenarnya ia merasa malu mempunyai mertua berujud raksasa. Apalagi ia adalah putra mahkota Kerajaan Mandaraka. Mendengar hal itu Begawan Bagaspati yang arif segera menjawab bahwa ia ikhlas meninggalkan dunia ini, asal saja putrinya dapat hidup bahagia. la hanya bertanya apakah Narasoma mencintai Pujawati dengan segenap hati. Setelah Narasoma mengiyakan, Bagaspati mengajaknya masuk ke dalam sanggar pamujan. *)

Raksasa pertapa itu lalu mewariskan berbagai ilmunya, termasuk Aji Candrabirawa. Bagaspati juga memberi weiangan, karena rasa sayangnya pada Narasoma maka ia akan memilihkan lawan yang istimewa kelak dalam Baratayuda. Lawan Narasoma kelak adalah Prabu Puntadewa, yang juga berdarah putih seperti dirinya.

"Dengan ilmu yang engkau miliki, khususnya Aji Candrabirawa, engkau tidak akan terkalahkan oleh siapa pun. Dalam Baratayuda kelak, engkau akan gugur secara terhormat melawan Prabu Yudistira alias Puntadewa, manusia berdarah putih yang terkenal akan kejujurannya." Begawan Bagaspati juga berpesan agar sesudah ia meninggal nanti, nama Pujawati diubah menjadi Setiawati. Selain itu Begawan Bagaspati juga berpesan agar bilamana raja Mandaraka, Prabu Mandrapati (ayah Narasoma) menanyakan asal usul Pujawati alias Setiawati, Narasoma agar menjawab bahwa istrinya itu putri titian, pemberian dewa. **)

"Jangan mengatakan bahwa Pujawati adalah anakku, seorang pendeta buruk rupa, lagi pula berujud raksasa ......", katanya. Setelah pesan dan wejangannya rampung, Begawan Bagaspati menyuruh Narasoma menusukkan kerisnya ke dadanya. Pendeta raksasa tapi mulia itu pun tewas. Ada versi lain yang menyebutkan bahwa sebelum berujud raksasa sebenamya, pada mulanya, Bagaspati adalah ksatria yang elok rupanya. Waktu itu ia bernama Angganaputra, dan mempunyai dua abang, yakni Angganapati dan Angganamurti. Suatu saat para dewa minta bantuan ketiga ksatria itu untuk membasmi musuh yang menyerbu kahyangan. Ternyata yang berhasil adalah Angganaputra. Karenanya, Batara Guru lalu membolehkan Angganaputra memilih salah satu bidadari untuk menjadi istrinya.

Angganaputra memilih Dewi Uma, sehingga Batara Guru marah dan mengutuknya menjadi raksasa. Angganamurti protes dan membela adiknya serta mengatakan bahwa Batara Guru ingkar janji. Karena dianggap cerewet Angganamurti pun dikutuk menjadi seekor burung. Sedangkan Angganapati, yang tidak protes dijadikan raja di Mandraka, bergelar Prabu Mandrapati.Dengan demikian menurut versi ini, Begawan Bagaspati sesungguhnya adalah adik Prabu Mandrapati, sekaligus paman Narasoma.

Baca pula :


*) Sebagian dalang membuat sanggit lain mengenai kematian Begawan Bagaspati ini.
Menurut versi ini, setelah melihat kerukunan dan cinta kasih Pujawati-Narasoma, Begawan Bagaspati merasa puss. Namun ia merasa, kesempurnaan cinta-kasih anak dan menantunya itu akan dapat terganggu oleh kehadirannya, karena ujudnya yang raksasa buruk itu. la merasa, demi kelestarian kebahagiaan anaknya, ia harus mati. Lagi pula ia sudah merasa sangat rindu pada istrinya, Dewi Darmastuti yang telah mendahuluinya kembali ke kahyangan. Dengan dua pertimbangan itulah, pertapa berujud raksasa itu kemudian meminta dengan sangat pada menantunya agar dibukakan pintu kedalam kematian. Setelah mewariskan seluruh ilmunya, termasuk Aji Candrabirawa, Narasoma disuruh menggoreskan sadak, gulungan daun sirih ke dadanya, yang menyebabkannya tewas seketika. Jadi, menurut versi ini, Begawan Bagaspati mati karena kehendaknya sendiri. Narasoma hanya menuruti keinginan mertuanya.

**) Narasoma memang cinta dan setia pada Dewi Pujawati atau Setiawati. Sampai akhir hayatnya ia tidak pernah mengambil wanita lain sebagai istrinya. Dan begitu pula Dewi Setiawati. Putri Begawan Bagaspati itu bunuh diri setelah mengetahui bahwa suaminya gugur dalam Baratayuda.